Kamis, 10 Desember 2015

Opini Masalah Internal dalam Pembelajaran


RENDAHNYA HASRAT MEMBACA DAN MENULIS
Oleh: Mila Setianingsih

Keterampilan berbahasa sangat penting bagi semua orang, khususnya para pelajar. Karena dengan menguasai keterampilan berbahasa siswa akan sangat mudah menyerap atau memahami materi yang diajarkan oleh guru. Keterampilan berbahasa ada empat yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Ke-empat keterampilan berbahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru. Keterampilan membaca sangat berpengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar, apabila siswa tidak bisa membaca akan mempersulit untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Keterampilan ini juga akan berpengaruh pada keterampilan yang lain yaitu keterampilan menulis. Siswa yang mampu membaca akan mampu menulis, karena membaca banyak manfaatnya, seperti menambah kosa kata. Ketika pembelajaran puisi maka kosa kata yang dimiliki akan berguna untuk membuat puisi dengan baik.
Proses belajar membaca-menulis merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya belajar. Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Masalah internal merupakan masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan ketidakberesan siswa dalam belajar. Masalah internal dalam proses pembelajaran membaca-menulis antara lain:
Kesehatan atau kondisi fisik yang kurang mendukung akan berpengaruh terhadap minat siswa untuk belajar karena siswa tidak bisa fokus terhadap materi pembelajaran melainkan memikirkan kondisi yang sedang ia alami. Hal ini akan menghambat proses untuk memahami isi materi. Kondisi fisik tidak hanya sakit melainkan cacat dibagian tubuh juga dapat mengakibatkan gangguan pada proses belajar. Misalnya, terdapat cacat pada tangan maka untuk kegiatan menulis juga akan merasa terbebani, siswa tersebut tidak akan bisa mencatat apa yang dijelaskan oleh gurunya.
Konsentrasi merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Siswa yang kesehatannya terganggu konsentrasinya juga akan terganggu, tetapi bukan hanya itu saja ketika guru sedang masuk konsentrasi siswa belum terbentuk sebab perhatian siswa masih terpecah-pecah dengan berbagai masalah. Sehingga guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat atau memberikan motivasi kepada siswa.
Motivasi merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar sangat berpengaruh pada aktifitas belajar, bila motivasi tersebut melemah mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Sehingga siswa yang motivasi untuk membaca rendah maka taraf untuk menjadi penulis yang handal juga akan mengalami kesulitan. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktifitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di latarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan di butuhkan dan sangat berguna untuk sekarang dan di masa mendatang.
 Apabila motivasi intrinsik tidak tumbuh dalam diri siswa atau hanya sekadar memiliki namun hanya beberapa porsentase saja maka motivasi tersebut tidak hanya terpaku pada motivasi intrinsik saja melainkan juga motivasi ekstrinsik. Peran guru sebagai motivasi ekstrinsik sangat diperlukan ketika menghadapi siswa yang mempunyai karakter pemalas. Sehingga minat untuk belajar siswa itu tumbuh setelah mendapatkan motivasi ekstrinsik.
Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Minat dalam kegiatan membaca-menulis harus ditanamkan agar siswa mampu memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya juga merasakan manfaat pembelajaran membaca-menulis. Karena pada saat ini budaya untuk membaca dikalangan pelajar atau mahasiswa sangat rendah dengan berbagai alasan. Teknologi semakin cangkih maka sikap malas untuk melakukan kegiatan lain itu akan muncul. Hal itu akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Sikap siswa terhadap pembelajaran merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
Ingatan atau memori sangat berperan penting bagi siswa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali tanggapan atau pengertian tentang materi. Namun tingkatan memori pada siswa itu berbeda, ada yang jangka pendek maupun panjang. Apabila siswa memiliki memori jangka pendek juga akan mempersulit untuk mereproduksi kembali materi yang telah mengendap dalam otak. Memori jangka pendek biasanya siswa belajar menghafal bukan memahami isi materi yang telah diajarkan oleh guru. Untuk memiliki memori jangka panjang siswa harus memiliki tips-tips tersendiri. Misalnya, setelah pulang sekolah atau selesai pembelajaran siswa mempelajari kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Apabila ada yang tidak paham tanyakan pada siswa lain yang lebih pandai atau kepada guru yang bersangkutan akan lebih memvalidkan materi yang belum dimengerti.
Ingatan juga akan berpengaruh terhadap intelegensi dan keberasilan belajar siswa. Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki intelegensi dibawah normal. Ini akan mempengaruhi perolehan hasil belajar. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang keterampilan.
Berbagai masalah internal yang ada dalam pembelajaran membaca-menulis. Kita sebagai calon guru dapat menggunakan masalah di atas sebagai acuan atau petokan agar hal demikian tidak akan terjadi, sebagai seorang guru harus mengetahui kondisi siswanya agar pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif dan kreatif. Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal dapat bersifat: Biologis dan Psikologis.
Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dan sebagainya. Sementara hal yang bersifat Psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti minat, Intelegensi, motivasi, konsentrasi psikis yang terwujud emosi dan gangguan psikis.


Rabu, 09 Desember 2015

Unsur/komponen Drama

A.    Pengertian Apresiasi Drama
Drama berasal dari bahasa yunai “Dramoi” yang sama dengan “to act” (bahasa inggris) artinya bergerak atau berbuat. Istilah lain untuk drama adalah sandiwara, tonil, lakon. Jadi, drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisi lakon hidup manusia yang ditulis dalam bentuk dialog dan dapat dipentaskan. Pementasan drama biasa disebut juga dengan teater. Jadi, drama mencakup dua hal, yaitu drama sebagai karya sastra dan drama sebagai sebuah pementasan.
Pementasan drama merupakan gabungan antara seni sastra dan seni pertunjukan. Drama pada awalnya ditulis dalam bentuk naskah atau teks. Naskah tersebut kemudian dijadikan sebuah pementasan.
Apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi, 2002). Kata menggauli atau mengakrabi biasanya berkaitan dengan hubungan sosial, misalnya kita berusaha mempererat hubungan dengan teman atau tetangga baru. Oleh sebab itu, apresiasi sastra pun seyogianyalah apabila dipahami sebagai usaha mempererat hubungan antara kita sebagai pembaca karya sastra dan karya sastra itu sendiri sehingga terjalin hubungan yang bersifat emosional, imajinatif, dan intelektual. Jadi, Apresiasi drama yaitu kegiatan menggauli, memberi penghargaan terhadap suatu karya sastra yang berbentuk drama atau memberikan penghargaan terhadap pementasan drama.
B.     Komponen-komponen pembangun pementasan drama
1.      Naskah
Naskah drama merupakan karya sastra yang terdiri atas unsur-unsur pembangun. Naskah drama mencakup cerita yang ditulis dalam bentuk dialog dan berisi lakon hidup tokoh-tokohnya. Naskah drama memberikan gambaran pementasan yang akan dilakukan, seperti tema, amanat, tokoh-tokoh yang terlibat, dialog antartokoh, jalan cerita yang dibangun, latar yang digunakan, dan lain sebagainya.
Permainan drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan perstiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gambaran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung di tempat, waktu, dan suasana yang berbeda.
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan, melaikan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak.
  1. Sutradara
    Sutradara adalah orang yang berperan penting dan memiliki tanggung jawab paling besar dalam pementasan drama. Seorang sutradara bertugas memilih naskah drama yang layak untuk dipentaskan, memilih pemain yang sesuai dengan karakter tokoh dalam drama, menentukan tata panggung, tata rias, dan tata busana yang akan digunakan dalam pementasan. Tugas utama sutradara yang lainnya adalah mengarahkan seluruh jalan cerita, termasuk adegan yang dilakukan oleh pemain.
  2. Pemain
    Pemain adalah orang yang memeragakan seluruh lakon dalam drama. Pemain menirukan seluruh cerita yang dialami tokoh dalam naskah drama. Banyaknya pemain dalam pementasan drama bergantung pada banyaknya tokoh. Namun demikian, sutradara berhak menambah atau mengurangi jumlah pemain jika diperlukan.
Dalam pementasan drama, aktor bermain peran dan menunjukkan kebolehannya. Aktor memerankan tokoh cerita dengan karakter tertentu. Seorang aktor dituntut untuk mampu memerankan tokoh cerita tersebut. Keahlian aktor dapat menghadirkan sosok tokoh yang diperankan seperti nyata, baik tingkah laku, dialog, maupun jiwanya. Kekompakan antarpemain sangat menentukan keberhasilan sebuah pementasan. Kepiawaian seorang aktor dalam memerankan seorang tokoh dalam sebuah pementasan drama akan bisa dilihat dari:
a.       Teknik vokal/teknik dialog. Ucapan yang dilontarkan oleh seorang pemeran drama mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama. Karena dalam dialog sebuah drama banyak terdapat nilai-nilai yang sangat bermakna. Jika lontaran  dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya maka nilai yang terkandung tidak  dapat dikomunikasikan kepada penonton.
b.      Mimik/ekspresi wajah. Penjiwaan yang total dari para pemeran dalam memerankan tokoh yang mereka mainkan akan menjadi kunci penentu keberhasilan sebuah pentas drama.
c.       Gesture/gerak tubuh. Gesture adalah sikap atau pose tubuh pemeran yang mengandung makna dan menimbulkan bahasa tubuh. Seorang pemeran harus memahami bahasa tubuh, baik bahasa tubuh budaya sendiri maupun bahasa tubuh budaya lainnya. Pemakaian gesture ini mengajak seseorang untuk menampilkan variasi bahasa atau bermacam-macam cara mengungkapkan perasaan dan pemikiran.
d.      Blocking (penempatan posisi di panggung). Blocking adalah kedudukan tubuh pada saat di atas pentas. Blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi, memiliki titik pusat perhatian, dan wajar.
4.      Tata Panggung
Tata panggung adalah penataan panggung sebagai tempat berlangsungnya pementasan drama. Panggung adalah tempat untuk para pemain drama memeragakan cerita atas arahan sutradara. Tata panggung harus disesuaikan dengan latar yang ditulis dalam naskah. Hal tersebut didukung dengan penyediaan alat-alat pendukung yang disebut properti drama. Properti drama dapat berupa benda asli atau benda tiruan yang sengaja dibuat untuk pementasan. Misalnya, jika cerita drama menggambarkan latar hutan, panggung harus dihiasi ornamen hutan seperti pepohonan, bebatuan, dan lain-lain.
5.      Penonton
Penonton termasuk unsur yang penting dalam suatu pementasan. Suatu pementasan tidak
akan dapat berlangsung sempurna jika tidak ada penonton. Penonton biasanya menyesuaikan dengan cerita yang dimainkan dalam drama. Ada pementasan yang ditujukan untuk penonton semua usia atau hanya penonton usia tertentu, seperti anak-anak atau orang dewasa. Kesuksesan sebuah drama biasanya dapat diukur dari banyak-sedikitnya penonton.
6.      Tata Rias
Tata rias adalah penataan riasan (make up) para pemain. Orang yang bertanggung jawab terhadap tata rias adalah penata rias. Tata rias mencakup riasan wajah para pemain agar sesuai dengan jalan cerita. Misalnya, seorang pemain akan memeragakan tokoh orang tua, penata rias harus menjadikan pemain tersebut tampak tua, seperti menambahkan keriput dan kumis palsu.
7.      Tata Busana atau Kostum
Tata busana adalah penataan kostum yang digunakan oleh pemain. Tata busana mencakup baju dan perhiasan yang akan digunakan dalam pemain selama pementasan. Seorang pemain dapat menggunakan satu kostum selama pementasan atau berganti-ganti sesuai adegan. Tata busana harus mendukung cerita yang telah ditulis dalam naskah.
8.      Tata Suara
Tata suara adalah penataan suara dan musik yang digunakan dalam pementasan drama. Orang yang bertanggung jawab terhadap tata suara adalah penata suara. Penata suara harus menentukan keras lembutnya suara para pemain dan musik yang mengiringi pementasan. Iringan musik harus mendukung cerita dalam drama. Misalnya, cerita sedih biasanya dibantu dengan iringan musik seruling yang mendayu-dayu. Musik pengiring dimainkan dibalik layar agar tidak terlihat penonton dan tidak mengganggu para pemain drama. Kekerasan suara juga harus diatur untuk menciptakan permainan drama yang indah.
9.      Tata Lampu
Tata lampu adalah pengaturan cahaya yang digunakan selama pementasan berlangsung. Penataan cahaya di atas panggung harus disesuaikan dengan cerita yang diperankan oleh para tokoh. Misalnya, jika cerita menggambarkan suasana siang, lampu memberikan sorot yang lebih terang dari biasanya.
C.    Komponen-komponen dalam Pembelajaran Apresiasi Drama
1.      Guru
Pengajaran drama atau pengajaran sastra yang ideal mensyaratkan adanya guru atau dosen sastra yang dapat dijadikan model, teladan, contoh, sutradara, bagi peserta didiknya dalam hal ini yang terkait dengan apresiasi drama. Ia dapat membaca puisi dengan baik, membaca cerpen dengan baik, menulis karya sastra dengan baik, rajin menghadiri diskusi-diskusi satra, pembahasan buku sastra baru, pementasan, dan seterusnya. Guru juga dapat mengerti teknik pembelajaran drama, mau latihan drama, dan punya rasa bangga jika dapat mementaskan drama beserta anak didiknya. Rasa bangga ini akan menjadi motivasi utama dlam menanggulangi segala kesulitan yang dihadapi.  Latihan drama memerlukan ketekunan dan kemauan yang kuat, mengorganisasikan siswa yang beraneka ragam latar belakang, memerlukan waktu yang panjang, energi, stamina, dan logistik yang memadai untuk kelangsungan latihan. Seorang guru tidak hanya pandai dalam menyampaikan materi atau teori drama saja namun juga harus mampu memberikan contoh ketika membaca naskah, memerankan peran yang sesuai yang di naskah.
2.      Peserta Didik
Peserta didik juga memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang tercapainya pembelajaran apresiasi drama karena peserta didik adalah subjek utama untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau ilmu mengenai karya sastra (drama) yang diajarkan oleh guru dan tanpa peserta didik pembelajaran tidak akan berlangsung. Jadi, guru dan peserta didik suatu komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, juga diimbangi dengan adanya materi atau teori, metode pembelajaran yang berkenaan dengan materi agar tujuan utama dapat tercapai. Peserta didik dapat dijadikan sebagai pemain (aktor) dalam sebuah pementasan, dalam pembelajaran drama peserta didik harus terlibat secara langsung agar ia mengetahui secara nyatanya bahwa membaca naskah, membuat naskah, hingga memainkan naskah yang dibuat.
3.      Metode Pembelajaran Drama
Pengajaran drama yang ideal mengandaikan dahulu dan berpijak pada pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Guru atau dosen sastra dapat menggunakan metode role playing, simulasi, dan pendekatan kontekstual. Pembelajaran drama di sekolah dapat didesain sebagai pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik akan selalu menantikan pembelajaran drama ini karena disinilah mereka dapat mengekspresikan seluruh motif. Terlebih jika motif itu sesuai dengan apa yang sedang peserta didik alami dan rasakan. Misalnya, mereka sedang jatuh cinta, patah hati, dendam, bahagia, dan sebagai berikut. Guru tinggal memanfaatkan momentum ini secara bijak. Pembelajaran drama yang ideal mengandaikan penilaian berbasis kinerja, yakni penilaian bagaimana bermain drama yang menyenangkan dan diikiuti latihan drama yang kontinu dan berkesinambungan.
4.      Bahan Ajar
Bahan ajar digunakan sebagai dasar pengetahuan untuk peserta didik. Bahan ajar tidak hanya mencantumkan pengertian, ciri-ciri, dan unsur pembangun drama. Namun seorang guru juga harus mengembangkan bahan ajar. Misalnya, dengan memberikan pengetahuan langkah pembuatan naskah, membaca naskah, dan bagaimana menjadi aktor yang baik serta pengetahuan lain yang bersangkutan dengan drama.
























Selasa, 24 November 2015

Sinopsis Film "Soekarno"



Menikmati Film "Soekarno"

Karya Mila Setianingsih


Ketika beliau masih kecil dan sering sakit-sakitan ayahnya mengganti nama yang semula Kusno menjadi Soekarno. Keluarganya berharap dengan mengganti nama menjadi Soekarna, ia dapat menjadi seorang pemimpin atau kasatria bagi seluruh bangsa Indonesia. Pada saat Soekarno remaja, ia menyukai gadis belanda dan ingin meminang gadis tersebut. Namun hasilnya Soekarno ditolak mentah-mentah oleh ayah gadis itu karena Soekarno adalah anak orang peribumi, sehingga membulatkan tekat Soekarno untuk melawan belanda yang kini menjadi seorang pemimpin. Saat berorasi Soekarno berteriak kita harus merdeka sekarang!!akibatnya Soekarno divonis empat tahun penjara karena dianggap sebagai penghasut dan pemberontak, tetapi keberanian Soekarno tidak pernah padam dan istrinya yang bernama Inggit selalu setia menunggu dan menjenguk Soekarno. Indonesia menggugat membuat Ia dibuang ke Ende, lalu Bengkulu.
Selepasnya dari penjara Soekarno menjadi guru untuk anak peribumi, saat mengajar  ia jatuh hati dengan muridnya yang bernama Fatmawati. Soekarno sering datang ke rumah Fatmawati secara diam-diam, sehingga Fatmawati juga menaruh perasaan yang sama terhadap Soekarno. Soekarno memutuskan untuk menikahi Fatmawati dan meminta izin kepada Inggit istri pertamanya yang selalu menjadi perisai baginya ketika di penjara maupun dalam pengasingan, seketika itu Inggit sangat marah karena sudah menganggap Fatmawati itu seperti anaknya sendiri. Soekarno ingin menikah lagi karena Inggit tidak bisa memiliki keturunan. Ditengah carut marutnya hubungan antara Soekarno dengan Inggit pada tahun 1940 Japan dan Italia datang, untuk melakukan penjajahan di wilayah Indonesia. Hatta dan Sahrir, teman politik Soekarno, mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dengan Belanda. Tapi Soekarno mempunyai keyakinan, jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang untuk meraih kemerdekaan. Hatta terpengaruh oleh kata-kata Soekarna namun tidak untuk Sahrir. Kelompok pemuda pengikut Sahrir bahkan mencemooh Soekarna-Hatta sebagai koloborator.
Soekarno pindah ke Sumatera untuk melindungi diri dari semua itu, dan datanglah tentara Jepang. Tentara Jepang meminta Soekarno untuk bekerja sama agar rakyatnya tidak selalu ditindas, dan Soekarno menyetujuinya. Semua itu dilakukan hanya untuk melindungi rakyatnya. Dari memberikan hasil panen kepada tentara Jepang dan membeli pelacur untuk melayani tentara Jepang, karena anak perawan rakyatnya selalu menjadi korban tentara Jepang maka dari itu Soekarno membeli pelacur.
Tanggal 9 Juni 1942 Soekarno beserta keluarga dibawa ke Jakarta. Ketika Inggit sedang membersihkan rumah terdapat selembar surat yang sudah dibuang ditempat sampah, ternyata surat itu dari Fatmawati. Akhirnya Inggit ikhlas kalau Soekarno akan menikah lagi, namun Inggit tidak bisa menerima istri ke-duanya maka dari itu Inggit minta diceraikan, lalu menikahlah Soekarno dengan Fatmawati dan dikaruniai anak yang diberi nama Guntur.
Saat Soekarno bekerja sama dengan Jepang Indonesia kerja paksa (Romusa), penduduk saat itu banyak yang mati dikarenakan perut lapar dan masih disuruh untuk bekerja. Pada tanggal 8 September1944 Soekarno Hatta diberi hadiah yaitu pengibaran bendera merah putih namun hanya pada wilayah tertentu. Jenderal Jepang mengatakan semoga ini awal yang baik untuk mereka (Indonesia). Pada sidang BPUPKI, Soekarno mengatakan dasar negara ada 5 yang diberi nama Pancasila. Ketika Indonesia dijanjikan sebuah kemerdekaan ternyata Hiroshima dan Nagasaki dibom, saat Soekarno diberitahu tentang semua itu ia tidak percaya karena tidak mungkin Jepang mengingkari janjinya, namun semua itu benar.
Saat Rengasdengklok diculiknya Soekarno dan Hatta. Pada pertemuan antara Soekarno dan Hatta dengan Jenderal Jepang, saat itu Jepang tidak bisa menerima kekalahannya. Namun Laksanamaeda menyuruh  Jepang untuk bisa menerima kekalahannya dengan sekutu. Dan akhirnya Indonesia diberikan kesempatan lagi untuk merdeka, Soekarno dan Hatta bersama Soebagyo membuat teks proklamasi di rumah Laksanamaeda dengan ditunggu-tunggu oleh rakyatnya. Setelah itu salah satu rakyatnya mengatakan kepada Sahir untuk menumumkan pembacaan proklamasi diradio.
Sepulangnya Soekarno dari rumah Laksanamaeda ia jatuh sakit karena kondisi tubuh yang kurang istirahat, namun demi sebuah kebebasan, kemerdekaan untuk rakyat Indonesia tekat dan semangatnya akan mengobati seluruh penyakitnya. Tiba waktunya pembacaan proklamasi segera dikumandangkan di depan rumah Soekarno yang dihadiri oleh Hatta dan rakyat Indonesia, dari mengibarkan bendera merah putih lalu membacakan teks proklamasi tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.