Selasa, 27 Oktober 2015

Gelora Wayang Kampung Sebelah



Ulasan pertunjukan “Wayang Kampung Sebelah”
Selasa, 20 Oktober 2015, Wayang Kampung Sebelah mengadakan pertunjukan di Balairung Universitas PGRI Semarang dengan judul Mawas Diri Menakar Berani yang didalangi oleh Ki Jlitheng Suparman. Pertunjukan wayang ini untuk memperingati bulan bahasa, bahwa orang bahasa itu bangga terhadap bahasa ibu, nasionalisme, dan internasional. Pertunjukan yang berjudul Mawas Diri Menakar Berani ini mempunyai tujuan semoga setelah pertunjukan ini berakhir penonton dapat menjadi manusia unggul yang mampu menjadi tauladan atau contoh bagi dunia. Penampilan yang sudah ditunggu-tunggu oleh ratusan mahasiswa, ini menandakan bahwa keingintahuan tentang Wayang Kampung Sebelah sangat tinggi. Karena baru saja mendengar ada nama wayang yang begitu asing ditelinga. Ternyata pertunjukan wayang ini tidak mengecewakan penonton itu ditandai dengan sorak dan tepuk tangan penonton karena lelucon yang dibawakan oleh dalang.
Wayang Kampung Sebelah ini memberikan suatu yang baru bagi budaya yang kini mulai dilupakan. Wayang Kampung Sebelah menyuguhkan yang bisa dianggap keluar dari tokoh pewayangan yang ada pada umumnya. Boneka wayangnya terbuat dari kulit berbentuk manusia. Pertunjukan wayang ini menampilkan cerita kehidupan keseharian orang kecil yang penuh dengan kritik sosial yang disampaikan dalam bahasa sehari-hari yaitu Bahasa Indonesia dan Jawa, maka pesan-pesan yang disampaikan lebih mudah ditangkap oleh penonton. Wayang ini lebih menarik daripada wayang-wayang lainnya, karena menampilkan pagelaran dengan tema, alat musik, penyanyi, maupun lagu-lagu modern.
Wayang Kampung Sebelah mengangkat persoalan-persoalan yang serius tidak harus dengan cara ungkap yang serius merupakan karakter pertunjukan Wayang Kampung Sebelah. Muatan sinisme, satire, hingga kritikan tajam yang begitu dominan dalam pertunjukan ini dikemas secara segar penuh humor, baik melalui format alur, penokohan, maupun dialog.
Dalam pertunjukan ini mencertitakan disebuah desa Bangun Jiwa yang akan mengadakan pemilihan lurah, dengan calon Pak Somat dan Pak Blungsur. Setelah dilakukan penghitungan suara ternyata yang mendapatkan suara terbanyak adalah Pak Somat. Dengan demikian yang menjadi lurah adalah Pak Somat. Setelah penghitungan suara selesai, ketua panitia meminta bonus kepada Pak Somat atas pekerjaannya yang telah memenangkan Pak Somat. Ternyata kemenangan Pak Somat dengan cara curang yaitu dengan memberi uang kepada warga.
Kata Kampret salah satu tokoh dalam pewayangan. Pancasila adalah dasar Negara bukan dijadikan untuk pedoman individu saja atau rakyat saja, tetapi sebaiknya pemimpin bangsa juga harus berpedoman pada pancasila untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang telah dituliskan oleh Pak Soekarno. Rakyat tidak hafal Pancasila itu tidak akan berpengaruh terhadap bangsa dan negara, namun apabila pemimpin tidak mengetahui dan hafal dasar negara maka bangsa ini diambang kehancuran. Banyak pemimpin yang berteriak janji-janji palsu yang tidak pernah terlaksana setelah sekian lama menjadi pemimpin. Dipertunjukan kali ini perlu diapresiasi karena dapat dikatakan sebagai kritik dan memberikan pengetahuan kepada semua masyarakat menjelang pilkada tanggal 9 Desember mendatang, diharapkan masyarakat dapat memilih pemimpin yang baik, dalam arti bukan baik uangnya namun baik dalam tingkah laku, jujur, dan pemimpin yang mengerti ideologi negara. Karena dengan begitu nasib rakyat akan lebih membaik.
Dunia politik sekarang semakin kotor dengan adanya kecurangan dalam pemilihan, Banyak korupsi dimana-mana, padahal selama ini mereka menggembor-gemborkan tentang janji suci mereka. Maka dari itu bangsa ini harus berubah menjadi bangsa yang cerdas. Bukan hanya cerdas otaknya tetapi juga harus cerdas sikapnya. Cerdas dalam memilih pemimpin pada tanggal 9 Desember 2015 yang akan dilaksanakan serempak dan pemilihan pemimpin selanjutnya.
Wayang modern ini menarik untuk disaksikan dan akan menjadi digemari oleh masyarakat karena dikemas dengan ide pertunjukan wayang yang unik, mengangkat kisah realitas kehidupan masyarakat saat ini secara lebih lugas dan bebas tanpa harus terikat oleh norma-norma estetik yang rumit seperti halnya wayang klasik. Layaknya sebuah wayang, selain menampilkan guyonan khas juga diselipkan pelajaran atau nilai-nilai yang dapat diambil di dalamnya. Seperti nilai-nilai politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Sindiran juga kritikan tampak jelas menghiasi pertunjukan yang diiringi musik secara langsung sebagai penghantar sindiran.
Wayang Kampung Sebelah ini menyajikan dengan gaya humoris namun tetap mendidik penontonnya, wayang ini tidak hanya terpaku pada orang tua saja namun semua kalangan karena bersifat mendidik. Kisah di depan layar bukanlah semata-mata milik dalang. Pemusik maupun penonton berhak menimpali dialog maupun ungkapan-ungkapan dalang. Dalam setiap adegan sangat dimungkinkan berlangsungnya diskusi antara tokoh wayang, dalang, pemain musik, maupun penonton. Sehingga tidak terlihat monoton, karena semua yang ada di dalam Balairung diajak berkomunikasi. Namun ada kelebihan dan kekurangan pada dalang, kelebihannya ia bisa berbicara lebih dari satu suara atau dabber, namun ia tidak bisa suara perempuan.
Sesuai dengan tema yang dibawa, kali ini mahasiswa memang menjadi sasaran utama yang juga sebagai wakil para pemuda Indonesia yang diharapkan mampu menjaga kelestarian budaya wayang sekaligus memberikan contoh kepada seluruh masyarakat secara aktif dan berkesinambungan. Mawas diri untuk menghadapi globalisasi, dalam pendidikan tidak hanya ilmu tetapi juga karakter yang baik yang harus dimiliki. Karena sebagai calon guru harus bisa seperti pepatah jawa mengatakan “Digugu lan ditiru”, yang artinya bisa dipegang ucapannya dan menjadi contoh atau tauladan bagi murid maupun masyarakat sekitar. Mawas diri, bukan hanya dilakukan oleh rakyat tetapi juga harus dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Negara, presiden, pejabat, menteri, anggota dewan, dan rakyat biasa juga harus merubah sikap agar cita-cita Ir.Soekarno dapat tercapai yaitu mewujudkan bangsa Indonesia menjadi mercusuar dunia.


Minggu, 18 Oktober 2015

Deskipsi Magang

MAGANG 1
Magang merupakan syarat utama  untuk melalui proses pendidikan. Mahasiswa wajib untuk melakukan magang disuatu tempat terdahulu sebelum mendapat gelarnya. Magang juga bagian dari pelatihan kerja,  biasanya dilakukan oleh mahasiswa atau SMK sebagai syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan. Dalam kegiatan magang, kita memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua ilmu yang dipelajari di bangku kuliah dan mempelajari detail tentang seluk beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Mahasiswa juga dapat menambah wawasan mengenai dunia industri dan meningkatkan keterampilan serta keahlian praktek kerja.
Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai upaya peningkatan untuk pengembangan sumber daya manusia.Sebuah pendidikan yang tidak hanya membekali anak didik dengan teori, tetapi juga penerapanya dilapangan, sehingga kualitas mahasiswa sebagai agen penerus bangsa dapat bertambah dan lebih matang, salah satunya dengan adanya kegiatan magang 1. Namun kegiatan magang 1 yang kami lakukan kurang optimal dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada mahasiswa dan sekolah yang akan digunakan untuk magang 1. Maka dari itu banyak terjadi kesalahpahaman antara pihak sekolah dengan kegiatan magang 1 ini, karena saat adanya sosialisasi banyak alasan yang dilontarkan oleh pihak sekolah, ada yang belum diberitahu ada juga yang tidak hadir saat sosialisasi berlangsung. Dengan begitu akibatnya ditanggung oleh para mahasiswa yang datang ke sekolah banyak yang mengalami kesulitan. Dengan berbagai masalah yang dialami oleh mahasiswa seperti tidak diterima di sekolah tempat ia magang 1, diterima tetapi diacuhkan melainkan dibiarkan apa yang akan diamati. Oleh karena itu, mahasiswa yang mengalami hal demikian harus mencari solusi sendiri dengan mencari sekolah lain dan tetap di sekolah itu tetapi harus ada dosen yang menghantarkannya.
Kegiatan magang 1 percobaan pada angkatan 2013 ini banyak kritik dan saran dari pihak sekolah. Sebelum ada mahasiswa yang datang melakukan observasi harus sudah ada sosialisasi terlebih dahulu, mahasiswa yang datang harus ditemani dengan dosen pendamping, dan berbagai kritik lainnya. Kami selaku mahasiswa yang berperan dalam magang 1 ini mengharapkan untuk magang selanjutnya ada sosialisasi jauh-jauh hari sebelum terjun ke lapangan, agar lebih mempersiapkan apa yang perlu disiapkan dan sekolah yang bersangkutan juga harus dikumpulkan untuk diberi pengetahuan mengenai progam baru ini yaitu magang. Karena banyak sekolah yang berpikir masih progam lama yaitu PPL (Progam Pengalaman Lapangan), progam magang ini dilakukan juga terkait kurikulum yang diperbaiki menjadi kurikulum 2013.
Dalam kegiatan magang ini saya beserta kelompok mendapatkan sekolah yang sangat elit yaitu SMA N 6 Semarang dijalan Ronggolawe. Sekolah yang mempunyai visi “Menjadi sekolah unggul dalam prestasi, berakhlak mulia dan berwawasan lingkungan” dan misi “Membina mental dan budi pekerti luhur melalui pendidikan agama, Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efekif dalam mendukung kegiatan prestasi, Menumbuhkan sikap komunikatif, koordinatif, sportifitas, dan Mewujudkaan sekolah berwawasan lingkungan”. Sekolah yang tempatnya strategis, lingkungan sekolah yang sangat bersih. Karena di SMA N 6 Semarang menerapkan sabtu bersih, pada hari sabtu semua siswa-siswi melakukan kegiatan bersih-bersih seluruh halaman yang ada disekolah. Hal itu dilakukan karena lingkungan sehat, bersih, dan nyaman akan mendukung proses belajar-mengajar dengan baik dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan bagi siswa secara optimal. Sekolah berusaha membenahi fasilitas di lingkungan satuan pendidikan meliputi air bersih, toilet, sekitar kantin, dan sampah di lingkungan sekolah. Karena semua itu demi menunjang mutu kualitas pendidikan yang baik, sekolah juga berusaha memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana guna proses belajar mengajar.
Sekolah juga berusaha mengoptimalkan berbagai sumber daya yang tersedia dalam memelihara kualitas sebagai penunjang hidup sehat. Peran sekolah sebagai pusat pembentukan pola perilaku positif. SMA N 6 Semarang juga membiasakan perilaku 6S (Senyum, Salam, Sapa, Santun, Semangat, dan Sportif) di antara teman dan guru. Tidak ada jarak antara siswa dengan guru, karena guru yang ada di sekolah menganggap bahwa siswa-siswi itu sebagai anaknya sendiri dan itu juga akan mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar. Apabila guru bersikap selayaknya orang tua pasti siswa-siswi akan lebih tenang dalam proses belajar-mengajar dan akan cepat menyerap materi yang sedang diajarkan. Guru di SMA N 6 Semarang tidak mempersulit siswa-siswinya kalau tidak paham boleh ditanyakan kembali dan apabila waktu pelajaran sudah habis bisa ditanyakan kembali dikantor. Ketika dalam ujian semester ada siswa-siswinya yang tidak lulus dalam mata pelajaran maka guru memberikan tugas atau remidial yang lain untuk menunjang nilai yang kurang.
Dalam wawancara yang saya lakukan dengan salah satu guru di SMA N 6 Semarang mengatakan bahwa hubungan guru dengan guru sangat dekat dan akrab, karena sering mengadakan acara untuk selalu bersama. Salah satunya acara salat idul fitri yang sering mereka laksanakan di mushola sekolah. Terkadang juga pergi ke suatu tempat untuk menjalin keharmonisan keluarga yang dijalin di SMA N 6 Semarang. Apabila ada salah satu guru yang sakit, mereka juga menjenguknya tetapi tidak semua guru, namun guru yang tidak ikut menjenguk juga ikut berpartisipasi dengan cara iuran untuk membelikan oleh-oleh kepada guru yang sakit. Tidak hanya gurunya saja yang bersikap demikian namun juga siswa-siswinya, yang tidak membedakan bentuk fisik walaupun temannya ada yang cebol. Hal demikian dapat dicontoh bahwa fisik itu tidak akan menghalangi terjalinnya sebuah persahabatan.
Saya juga melihat adanya tulisan-tulisan yang sangat memotivasi dan dijadikan sebagai pedoman, seperti “Tawuran Bukan Untuk Dilestarikan (perdamaian menjadi tauladan bagi generasi masa depan bangsa Indonesia) Stop Tawuran Pelajar”. Bukan hanya itu saja karya siswa juga di pajang agar siswa yang bersangkutan lebih meningkatkan ketrampilannya dan juga memotivasi siswa yang lain untuk belajar mengasah kemampuan yang dimilikinya. Dinding banyak dipenuhi dengan adanya tempelan pedoman, karya, dan motivasi-motivasi. Diruang perpustakan contohnya didalam ruangan tersebut banyak tulisan motivasi dan kata perintah, karena dengan kata-kata lebih mudah untuk mereka intropeksi diri daripada dengan perkataan langsung.
Di SMA N 6 Semarang mempunyai ekstrakulikuler yang banyak, dari ekstrakuliler wajib maupun tidak wajib. Kegiatan ekstrakulikuler wajib diikuti oleh siswa kelas X adalah pramuka, ekstrakulikuler yang lain yang dapat diambil oleh siswa-siswi adalah basket, bola voli, pecinta alam, karate, futsal, dan lain sebagainya. Dalam ekstrakulikuler ini yang paling menonjol adalah basket dan futsal, karena pernah menjadi juara 1 tingkat provinsi.
Setelah mendapatkan data untuk tahap ke-dua kami langsung bergegas untuk pulang menuju kampus dan mengerjakan di masjid. Dalam hal ini terkadang juga terjadi perdebatan penyusunan kata-kata, setiap individu harus berbeda namun intinya sama. Tetapi dalam kelompok kami penyusunannya sama namun ketika sampai kos saya menambahkan sedikit kata agar tidak sama dengan kelompokku yang satu kelas, karena dosen pembimbing magang di kelas kami tidak menginginkan pekerjaan yang sama karena itu tugas individu, berbeda lagi kalau nanti penyusunan laporan untuk tugas akhir. Magang ditahap ke-dua ini tugasnya mengobservasi hubungan yang terjadi disekitar sekolah yaitu hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan teman sebaya, guru dengan tata usaha, dan lain sebagainya. Ketika saya wawancara langsung dengan salah satu siswa bahwa hubungan siswa dengan teman sebaya sangat dekat, karena banyak kegiatan yang menuntut saling kerjasama. Misalnya kerja bakti, lomba antar sekolah, dan lain-lain. Walaupun terkadang ada kelompok-kelompok kecil tetapi solidaritas mereka juga tidak membandingankan antara yang kaya dengan kalangan menengah.
Setelah magang ke-dua selesai, saya beserta kelompok melanjutkan magang tahap ke-tiga diminggu ketiga. Dimagang ke-tiga ini mengambil data sekaligus berpamitan kepada guru pendamping atau guru pamong beserta rekan-rekan guru yang sudah terlibat dalam proses pengambilan data. Tahap ke-tiga ini kami harus mengambil data didalam kelas setiap jurusan masing-masing mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung dari awal hingga akhir pembelajaran. Namun setelah meminta izin kepada guru pamong ternyata sekolah tidak memperbolehkan untuk masuk kelas semuanya takutnya akan mengganggu proses pembelajaran. Dan solusinya hanya perwakilan saja, yang lain mengintip dari luar jendela. Agar tidak terlalu banyak yang masuk ke kelas, dan kami sangat beruntung karena kelas yang kami masuki adalah kelas bahasa Indonesia. Walaupun prodi yang lain susah untuk mendapatkan data karena yang diperbolehkan hanya kelas bahasa Indonesia maka mereka juga mengambil data dari kelas bahasa Indonesia serta mengambil pengakuan diri yang ditulis oleh kelompok magang dari progdi BK(Bimbingan Konseling).
Setelah selesai mengambil data kami memberikan sebuah bingkisan kecil kepada guru pamong serta guru lainnya yang ikut berperan dalam magang 1 ini, kami mengucapkan banyak terima kasih atas kesempatan dan waktunya serta diperbolehkan untuk mengambil data. Mungkin lain kali kami akan ditempatkan di SMA N 6 Semarang lagi ketika magang 2 maka kami beserta guru-guru yang berperan akan bertemu kembali. Rasa senang hati para guru menerima kami kembali kalau memang akan ditempatkan di SMA N 6 Semarang lagi. Suatu kebanggaan bagi kami telah disambut serta dilayani dengan baik oleh tuan rumah. Kemudian kami bergegas untuk pulang, istirahat lalu akan mengerjakan laporan dari awal hingga akhir ini sekitar pukul 13.30 wib.
Saat kami telah selesai menyusun laporan magang 1 untuk tugas akhir atau ujian akhir semester, kami melakukan bimbingan kepada dosen pengampu mata kuliah magang yaitu Ibu Ngatmini yang dibenahi hanya tata cara penulisan yang kurang tepat dan penggunaan bahasa yang kurang baku juga harus dibenahi untuk pengalaman kami juga suatu saat nanti skripsi. Pada akhirnya tugas membuat laporan magang 1 telah usai dan kini menunggu magang selanjutnya.

Rabu, 14 Oktober 2015

Ulasan Pertunjukan Teater "Mengancam Kenangan"



TEATER TIKAR “MENGANCAM KENANGAN”
Semarang, Teater Tikar, kamis (8/10) siang dan malam menggelar sebuah pementasan drama yang mengambil tema “Mengancam Kenangan” di Universitas PGRI Semarang. Pementasan yang mengambil latar pada sebuah kenangan yang selalu menghantui pikiran seorang ibu yang ditinggal suami dibawa oleh serdadu dan anak laki-laki dan perempuannya menikah. Persetanan dengan sebuah kenangan yang mengakibatkan seorang ibu ingin menghapus dan berdamai dengan kenangan, namun entah mengapa persetanan dengan kenangan kini semakin menjadi-jadi, entah apa sebabnya kenangan selalu mengusik hati dan pikiran seorang ibu yang kini hanyalah seorang diri tanpa siapa-siapa. Hanya kekosongan, kesepian, kerinduan, dan kepiluan yang kini dirasakan oleh ibu dan hanya dapat membayangkan ketika anaknya masih kecil yang suka bermain lompat tali dan main-mainan tradisional lainnya bersama teman-temannya. Seorang ibu yang hanya merenungi nasib dan hanya pagi yang dapat menyaksikan dan merasakan betapa pedihnya yang ia rasa tanpa seorangpun yang dapat diajak berkomunikasi, seorang ibu yang tiap harinya membersihkan teras rumah dan akan kotor lagi dan kembali dibersihkan itu yang selalu dilakukan. Ketika mengingat kejadian semua itu, ibu hanya bisa menangis tanpa bisa berbuat apa-apa melihat kedua anaknya menikah dan pergi meninggalkannya serta suaminya yang dibawa oleh serdadu-serdadu tanpa kecupan manis darinya. Sungguh sangat miris nasib ibu, kita sebagai anak janganlah meninggalkan ibu seorang diri, temanilah ibu dimasa tua sampai akhir usia beliau. Karena ibu adalah segalanya dan tanpa seorang ibu kita tidak akan seperti ini. Jadi, berbaktilah kepada ibumu maka kamu akan sukses disegala hal baik itu berhubungan dengan karir maupun keluarga.
Pentas drama ini menarik animo masyarakat, baik mahasiswa maupun dosen. Penonton juga ada yang datang dari luar kampus, ini menunjukan animo untuk menonton drama yang ditulis Iruka Danishwara dan disutradarai oleh Ibrahim Bhra anggota teater tikar. Pertujukan semakin menggelora karena perpaduan antara tata cahaya dan tata musik yang dipegang oleh M Khoirul Nadzif dan Dodi Rangga B. Musik memang memiliki kekuatan yang luar biasa untuk turut membangun suasana. Tetapi keseluruhan musik menjadi begitu mencekam. Dalam pementasan teater “Mengancam Kenangan” musik yang digunakan sangat mencekam dan membuat bulu kuduk berdiri, suasana horor juga menjadi pilihan untuk mengisi backsound dalam beberapa adegan. Suasana musik yang mencekam didukung oleh tata cahaya yang senada dengan musik yang diputar akan menambah gairah horor yang ditampilkan. Penataan lampu yang lemah, yang hanya mengandalkan beberapa lampu pijar biasa akan menyulitkan semua bagian artistik pergelaran. Tata cahaya di dalam teater memang sangat diperhatikan, karena lampu dan penataannya sangat berperan besar. Bayangkan bila pemain yang sudah berakting baik tidak didukung dengan cahaya dan penataannya, maka akting tersebut tidak akan sampai kepada penonton. Penataan lampu dengan warna-warni yang tidak sesuai dan tidak tepat akan menghasilkan efek warna yang sama sekali bertentangan dengan maksud adegan. Maka dari itu dalam teater ini penataan cahaya dipegang oleh orang yang sudah ahli, jadi mendapatkan hasil yang maksimal. Kostum biasanya untuk teater jarang diperhatikan dan memakai kostum yang ada, bukan merancangnya sendiri. Tetapi kostum untuk pagelaran kali ini ada sesuatu yang beda, penonton mengira bahwa orang berjubah itu adalah setan, namun tidak orang berjubah itu adalah debu.
Peran sutradara dalam hal ini sangat penting: motivator bagi aktor, problematika teknik lakon, keahlian dan teknik penyusunan karya dramatik; berdasarkan naskah. Penyutradaraan Ibrahim kiranya dapat lebih jauh lagi dalam penguasaannya atas naskah, blocking, dan pemeranan. Naskah adalah sumber permasalahan utama. Dan dari situ, berdasar pemilahan-pemilahan setiap babak, lalu dan terutama setiap adegan, maka akan di dapat bagaimana bangunan drama itu terbangun sejak awal hingga akhir. Pada bagian akhir kelemahan sutradara yang tak dapat menampilkan drama yang sesungguhnya, tak hanya menjadi masalah sutradara tetapi juga aktor; akan membuat penonton kecewa, apalagi bagi mereka yang telah mengetahui naskah drama yang ditontonnya.
Naskah drama yang ditampilkan ini sangat menarik sebagai naskah drama bagi teater pemula tetapi juga untuk grup teater yang serius, mengingat dramaturgi naskah yang cukup menantang dalam pelakonannya. Lebih dari itu, drama ini juga dapat menjadi ajang pergumulan aktor. Seorang aktor dalam melakonkan mau tak mau, suka tak suka, menyandarkan diri pada setiap ‘teks’ yang ada; karena lebih dari itu adalah apa yang ada dibalik kata-kata itu sendiri, yang lalu dapat menghadirkan sebuah drama.
Mahasiswa-mahasiswa yang membawakan tokoh dalam cerita tersebut terlihat total. Penghayatan secara internal juga tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan tubuh yang luwes dan suara yang dapat mencapai relung-relung hati dan pikiran penonton. Ketika aktor hadir di atas pentas, maka aktor akan menjadi seperti watak (karakter) yang dibawakan. Di dalam teater, umumnya aktor memiliki peran penting dan menjadi pusat perhatian penonton. Peran ibu telah berupaya maksimal menjadi perempuan yang menjadi tokoh utama dalam teater “Mengancam Kenangan”. Karena seorang ibu yang ditinggalkan suaminya dan anaknya pergi, kenangan semasa ia beserta anak dan suaminya selalu terngiang dalam pikiran dan selalu menghantuinya. Dalam hal ini tokoh ibu ingin sekali menghapus kenangan yang telah terjadi dimasa lalu, namun kenangan itu tetap ada dan tidak dapat dimusnahkan. Penghayatan dan permainan Ibu tidak diragukan. Umumnya aktor-aktor sangat menghayati peran, dan dapat mengekspresikannya dengan baik. Tetapi salah-satu penonton pementasan Mengancam Kenangan, Heri mengatakan, pementasan tersebut sudah bagus namun sangat disayangkan cerita yang dibawakan tidak sampai ke penonton. Karena banyak penonton yang tidak mengerti cerita yang sebenarnya. Platik-plastik yang digantung gunanya untuk apa? Orang-orang yang memakai jubah itu perannya sebagai apa? Yang membuat penonton tambah tidak mengerti bagaimana alur cerita dan bahasa yang digunakan juga sangat baku, jadi penonton hanya terdiam tapi penuh tanda tanya mengenai isi cerita. Namun setelah dilakukan wawancara dengan sutradaranya penonton jadi tahu akan isi cerita yang dibawakan dan plastik itu digunakan sebagai figura serta orang yang memakai jubah itu sebagai debu.
Selain itu, penonton juga bisa menyaksikan penampilan yang berbeda dari cerita-cerita sebelumnya sehingga menjadi sebuah tontonan baru. Karena tema yang diambil Mengancam Kenangan. Penonton tak beranjak tetapi memberikan komentar dan masukan setelah selesai pementasan. Suasana yang terjadi adalah seperti sebuah sharing dalam sebuah gerakan teater. Hal ini sangat penting karena teater bukan hanya menjadi sebuah tontonan, lalu penonton pulang, tetapi juga terjadi dialog dengan penonton. Tradisi diskusi ini sebenarnya untuk membangun teater agar lebih baik lagi. Komarudin, penonton pementasan drama tersebut bertanya mengapa yang diambil tema kenangan kok tidak masa depan atau masa sekarang. Sutradara menjawab bahwa kenangan itu tidak bisa dihapus, kita bisa menciptakan kenangan itu namun tidak bisa untuk dimusnahkan dan yang mempunyai kenangan itu tidak hanya manusia tetapi juga semua makhluk hidup serta teater tikar juga sudah mempersiapkan tema pementasan baru yaitu Mimpi dan sutradara dengan rendah hati menyatakan bahwa pergelaran ini masih dalam “proses pembelajaran” yang masih membutuhkan kritik dan saran dari penonton.
Kritik dan saran tidak hanya terlontar dari beberapa mahasiswa namun juga dari dosen UPGRIS bahwa pembawaan karakter sudah bagus, namun perlu ditingkatkan kembali agar lebih total dalam membawakannya dan penonton juga terhipnotis dengan penampilan yang sangat sesusai dengan karakter yang dibawakan serta cerita yang diambil harus sampai ke penonton agar pementasan drama itu berhasil. Karena keberhasilan dalam pementasan drama terletak pada sampainya cerita ke penonton. Beberapa penonton secara terus terang mengatakan bahwa mereka tak dapat menangkap apa yang diinginkan naskah.